Sabtu, 21 Agustus 2010

Air Zam-zam Ala Masjid Peneleh Surabaya


VIVAnews - Matahari terasa menyengat, suhu di Kota Surabaya kala itu mencapai 32 derajat celcius, salat dzuhur berjamaah baru saja usai dilaksanakan. Sambil berteduh, para jamaah duduk-duduk santai, ada yang tidur-tiduran, bercengkrama bahkan tidak sedikit yang membaca ayat-ayat suci Al-Quran.

Pemandangan seperti itu kerap terjadi setiap harinya di Masjid Jami Peneleh, di Jalan Peneleh 5 No 41, Surabaya, Jawa Timur, terlebih selama bulan suci ramadan.

Selain karena kemegahannya, masjid ini juga menyimpan banyak cerita. Lokasinya yang berdekatan dengan rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, salah satu pahlawan kemerdekaan RI, juga tercatat sebagai masjid tertua di Kota Surabaya yang berdiri pada 1421, dibangun beberapa bulan sebelum dibangun Masjid Ampel.

Namun sayang, sekarang masjid ini nyaris luput dari perhatian orang banyak, tapi jika bertandang ke masjid ini dan menanyai setiap orang di kawasan itu, ceritanya begitu manarik, beragam, dan tentu banyak versi. Tidak ketinggalan aroma mistik. Maklum carita lisan yang kerap dibumbui imajinasi dari tiap-tiap generasi.

Bahkan, tidak sedikit mereka yang datang, selain salat dan berziarah, juga berburu air sumur untuk wudhu dan juga diminum. Konon menurut cerita, sumur itu diyakini sebagai petilasan (makam) Sunan Ampel atau Raden Rahmad. Sehingga akan berkah bila wudhu dengan air itu. Bahkan tidak sedikit yang membawanya pulang.

"Banyak cerita dari sejarah msajid ini, tetapi yang saya perhatikan bila datang ke sini banyak yang salat dan pulangnya membawa air yang diambil dari sumur masjid itu, katanya sumur tua itu berkhasiat," ujar Imam Sahuri salah seorang pendatang yang mondok di kawasan itu.

Banyak yang meyakini, kualitas air sumur Masjid Peneleh sepadan dengan sumur di Masjid Ampel dan air zam-zam di halaman Kota Suci Mekah.

Keunikan lain yang tidak bisa disangkal, sampai saat ini sumur itu masih mengeluarkan air meski di musim kemarau panjang. Namun sayang, letak sumur mukzizat ini tersembuyi di bawah tangga dan bedug, sehingga sulit dilihat. Hanya saja air itu mengalir ke tempat wudlu.

Jika melihat kultur arsitekturnya, masjdi tua yang masih berdiri kokoh itu, termasuk masjid aliran neuw imperial. Pernah direnovasi pada tahun 1800. Masjid Peneleh ini, serupa dengan karakter bangunan Gedung Negera Grahadi di Jl Gubernur Suryo yang dibangun 1777.

Tiang penyangganya dari kayu jati termasuk rangka langit langitnya. Ada 10 tiang kayu jati raksasa menjulang tinggi dan saling menyambung di bagian langit-langit. Dipadu dengan kaca ukir yang cantik dan unik di setiap jendela masjid, menambah keindahan bangunan masjid.

0 comments:

Posting Komentar