Sukoharjo, (tvOne)
Mantan Pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia, Abu Bakar Ba`asyir mengaku tidak kenal dan berinteraksi dengan tersangka sejumlah kasus terorisme di Indonesia, Noordin M. Top. "Akan tetapi, saya pernah mengenal seorang guru pondok pesantren bernama Noordin ketika berada di Malaysia pada 1985 hingga 1999," katanya di Sukoharjo, Kamis.
Dia berkeyakinan Noordin yang dia kenal itu bukan Noordin M. Top yang terkait dengan sejumlah kasus terorisme di Indonesia. "Selain tidak dapat mengetahui secara pasti nama belakang pada Noordin yang dikenalnya itu, saya juga tidak ingat bagaimana wajah Noordin karena sudah sangat lama tidak bertemu dengannya," kata Ba`asyir.
Noordin yang dimaksud, lanjutnya, merupakan guru Pondok Pesantren Lukmanul Hakim yang berada di Negara Bagian Johor, Malaysia.
Dia mengatakan, interaksi yang dilakukan bersama Noordin yang dia kenal tersebut juga jarang dilakukan karena jarak yang jauh Ponpes Lukmanul Hakim dengan rumah Ba`asyir yang berada di Negara Bagian Negeri Sembilan.
Mengenai pengusutan kasus terorisme di Indonesia, Ba`asyir meminta kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk tidak mengaitkan masalah agama dengan kasus terorisme yang ada. "Selain itu, pers harus adil dan objektif dalam memberitakan kasus terorisme yang ada di negara ini," katanya.
Pengusutan dan pemberitaan mengenai terorisme di Indonesia, menurut Ba`asyir, lebih memojokkan umat Islam. "Meskipun begitu, saya tetap mendukung aparat keamanan dan pemerintah dalam mengungkap kasus terorisme di Indonesia. Sikap objektif menjadi hal yang terus kami tuntut kepada pemerintah dan aparat keamanan dalam pengungkapan kasus tersebut," katanya.
Tentang siapa yang menjadi dalang dalam kasus terorisme di Indonesia, Abu Bakar Ba`asyir masih berkeyakinan Central Intelligence Agency (CIA-Dinas Rahasia Pemerintah Amerika Serikat) terlibat di dalam sejumlah kasus peledakan bom yang ada di Indonesia. (Ant)
Mantan Pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia, Abu Bakar Ba`asyir mengaku tidak kenal dan berinteraksi dengan tersangka sejumlah kasus terorisme di Indonesia, Noordin M. Top. "Akan tetapi, saya pernah mengenal seorang guru pondok pesantren bernama Noordin ketika berada di Malaysia pada 1985 hingga 1999," katanya di Sukoharjo, Kamis.
Dia berkeyakinan Noordin yang dia kenal itu bukan Noordin M. Top yang terkait dengan sejumlah kasus terorisme di Indonesia. "Selain tidak dapat mengetahui secara pasti nama belakang pada Noordin yang dikenalnya itu, saya juga tidak ingat bagaimana wajah Noordin karena sudah sangat lama tidak bertemu dengannya," kata Ba`asyir.
Noordin yang dimaksud, lanjutnya, merupakan guru Pondok Pesantren Lukmanul Hakim yang berada di Negara Bagian Johor, Malaysia.
Dia mengatakan, interaksi yang dilakukan bersama Noordin yang dia kenal tersebut juga jarang dilakukan karena jarak yang jauh Ponpes Lukmanul Hakim dengan rumah Ba`asyir yang berada di Negara Bagian Negeri Sembilan.
Mengenai pengusutan kasus terorisme di Indonesia, Ba`asyir meminta kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk tidak mengaitkan masalah agama dengan kasus terorisme yang ada. "Selain itu, pers harus adil dan objektif dalam memberitakan kasus terorisme yang ada di negara ini," katanya.
Pengusutan dan pemberitaan mengenai terorisme di Indonesia, menurut Ba`asyir, lebih memojokkan umat Islam. "Meskipun begitu, saya tetap mendukung aparat keamanan dan pemerintah dalam mengungkap kasus terorisme di Indonesia. Sikap objektif menjadi hal yang terus kami tuntut kepada pemerintah dan aparat keamanan dalam pengungkapan kasus tersebut," katanya.
Tentang siapa yang menjadi dalang dalam kasus terorisme di Indonesia, Abu Bakar Ba`asyir masih berkeyakinan Central Intelligence Agency (CIA-Dinas Rahasia Pemerintah Amerika Serikat) terlibat di dalam sejumlah kasus peledakan bom yang ada di Indonesia. (Ant)
0 comments:
Posting Komentar