Jauh sebelum manusia dilahirkan ke alam dunia, ia telah meneken perjanjian dengan Allah SWT, ” hai fulan, kamu nantinya akan diberi nama ini, kamu akan lahir sebagai anak dari si fulan dan fulanah “.
semua yang akan dilalui dalam kehidupannya sudah diperlihatkannya, sampailah pada penghujung pertanyaan Sang Kholiq, ” hai fulan …. apakah kamu menerima semua itu? apakah kamu siap lahir ke alam dunia dengan taqdir seperti yang Aku jelaskan?”
bakal manusia (ruh) itu menjawab ” ya… hamba siap !!!”
Saat Bayi Lahir
Alangkah kagetnya si bayi, begitu lahir dan menyaksikan alam dunia, kenyataan dunia jauh dari dugaannya, itulah sebabnya hampir semua bayi menangis ketika pertama kali lahir kedunia, dia terkejut, dalam bahasa yang sederhana, ia bergumam ” tahu dunia seperti ini, saya tidak akan mau lahir ke alam ini “.
Namun semua sudah terjadi, sementara kedua orang tua tersenyum bahagia, sang bayi meronta, menangis demi melihat betapa tidak mudahnya menjalani taqdirnya kelak yang telah ia sepaki dengan Rabb-nya.
Perjalanan Waktu Membuatnya Lupa
Masa kanak-kanak dilaluinya dengan sentuhan kasih sayang kedua orang tuanya, perlahan namun pasti perjalanan waktu menghantarakannya kepada suratan nasibnya, masa remaja pun berlalu dengan cepat, saat usia menginjak 23 tahun inilah saat ia menerima fakta yang sering tak sejalan dengan keinginannya. Cobaan demi cobaan silih berganti, bak ombak tiada kenal henti, cobaan satu belum usai cobaan yang lain sudah mengantre.
semakin bertambah usianya semakin banyak pula ujiannya, tak jarang cobaan-cobaan itu nyaris membuatnya putus asa. Keluh-kesah pun sering keluar dari mulutnya, ia bertanya-tanya, ” kenapa aku begini? apa salah dan dosaku? kenapa aku sering diuji?
Perjalanan sang waktu membuatnya lupa semua kesanggupan yang dulu pernah ia ucapkan. tapi dalam keadaan tertentu kadang dalam otak kita merasakan kalau yang sedang kita hadapi ini seakan pernah kita alami. itulah sebabnya kadang kita melakukan sesuatu, dan dalam pikiran kita terlintas sepertinya ini pernah kita alami sebelumnya. karena sesungguhnya apa yang kita alami sudah pernah kita ketahui, saat kita menerima kesanggupan dari taqdir-Nya.
Masihkanh kita mengeluh?
Masihkah kita bertanya-tanya, kenapa ini terjadi padaku?
0 comments:
Posting Komentar