Minggu, 26 September 2010

Menyikapi Ujian Tuhan

Betapa banyaknya kenyataan-kenyataan didunia ini, kadang realita itu kehadirannya tidak kita harapkan. Sesuatu yang sudah kita rencanakan dengan matang kadang tidak mampu terwujud, justru yang tidak kita harapkan datang dengan gagahnya, seakan ia berkata ” inilah jatahmu nak ! terimalah daku dengan kedua tanganmu !”. jika sudah demikian, bermacamlah sikap kita dalam merespons tamu tak diundang ini.

Kecewa? Hampir bisa dipastikan, kadang bercampur juga dengan kebingungan, bimbang, lesu, dan yang paling berbahaya adalah putus asa.

Apakah ini wajar?

Sebagai manusia, tentu ini wajar. Dan saat-saat seperti inilah sebenarnya kita benar-benar diuji, seberapa pantas kita menyandang predikat “dewasa”. Tidak banyak orang yang mampu menyikapi masalah ini dengan arif dan bijaksana, tak jarang malah mencari “kambing hitam”,dengan menyalahkan sebab, situasi atau malah menyalahkan diri sendiri.

Yang harus di sadari

  • Setiap manusia akan diuji sesuai kadar kemampuannya, meski waktu ujian itu datang pertama kali kita merasa tidak sanggup menerimanya, tapi percayalah Alloh tidak mungkin menimpakan ujian diluar batas hambaNya.
  • Menerima fakta adalah modal awal untuk selanjutnnya menentukan arah penyelesaian, tanpa penerimaan, akan sulit menentukan solusinya. Ibarat orang sakit, ia akan mencari obat atau pergi menemui dokter, ketika dia merasa dan mengakui kalau ia sakit.
  • Konsisiten dengan langkah yang sudah kita mulai, kebanyakan dari kita akan surut ke belakang manakala ditimpa musibah, seseorang yang kena tipu,tidak akan banyak membantu jika hanya meratap setiap hari di dalam kamar tidurnya. Sebaliknya jika kita tetap tegar dengan menjalani aktifitas keseharian, pintu pertolongan terbuka lebar.
  • Kembali ke jalan-Nya, bisa jadi musibah adalah cara Alloh mengingatkan kita, kalau demikian,musibah akan segera berakhir, ketika kita menyadari kealpaan kita, dengan muhasabah dan taubat sebagai solusinya.
  • Do’a, satu hal ini tidak bisa kita acuhkan manfaatnya, bukan saja sebagai kekuatan dan dukungan spritual, tapi juga wujud penyerahan diri, pengakuan seorang hamba, bahwa dibalik setiap usaha, ada satu kekuatan yang Maha Menentukan, dialah Alloh Azza wa Jalla.

0 comments:

Posting Komentar